Bung Hatta sejak dulu sudah menekankan pentingnya pembentukan
karakter. Hal itu didasari karena pembentukan karakter adalah kunci dari
kemajuan dan pembangunan bangsa. Kini persoalan tersebut menjadi hangat kembali
dengan semakin banyaknya lembaga-lembaga pendidikanya yang berlabel “pendidikan
karakter”. Dan dalam bab ini, pembahasan tentang karakter menggunakan pendekatan
psikologi positif.
Banyak orang sering menyamakan antara karakter dan
kepribadian. Walaupun begitu keduanya tidak dapat disamakan meski saling
berkaitan erat. Allport berpendapat bahwa kepribadian adalah kesatuan yang
teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain dan terus berkembang.
Sedangkan karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari,
dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu.
Peterson dan Seligman mengemukakan tiga level konseptual dari
karakter yang bersifat hierarkis. Level atas adalah keutamaan yang merupakan
karakteristik utama dari karakter dan dianggap sebagai dasar dari perbuatan
baik. Level tengah adalah kekuatan karakter. Sebelum mencapai keutamaan, kita
harus mencapai kekuatan karakter. Yang terakhir adalah tema situasional pada
level bawah. Tema situasional adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang
untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.
Kekuatan karakter yang dimiliki seseorang sering kali didapat
melalui latihan. Setiap orang biasanya mengenali 2 sampai 5 kekuatan dalam
dirinya sendiri. Ada 24 kekuatan karakter yang dibagi kedalam 6 kategori. Yaitu
kebijaksaan dan pengetahuan, kemanusiaan dan cinta, kesatriaan, keadilan, pengelolaan
diri, dan trandensi. Setiap kategori mempunyai kekuatan karakter yang saling
berkaitan.
Pada umumnya manusia memahami hubungan dirinya dengan alam
semesta dan menyadari ada kekuatan yang lebih besar. Hal itu dikarenakan
manusia mempunyai daya yang disebut spiritualitas. Terkadang spiritualitas dikaitkan
dengan sesuatu yang sangat religius, roh dan hal-hal yang sakral. Walaupun
begitu pemahaman spiritualitas dapat berbeda antara manusia satu dengan yang
lainnya.
Pada akhirnya yang ingin dicapai oleh semua manusia adalah
kebahagiaan. Pembentukan karakter pun ditujukan agar manusia dapat mencapai
kebahagiaan. Seligman (2004) menyebutkan ada tiga bentuk dari kebahagiaan.
Yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan
yang tertinggi, dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatau yang
dipercayai sebagai hal yang lebuh besar dari diri sendiri. Ketiganya sering
dijadikan tujuan dalam pendidikan karakter.
Dalam bab ini dapat kita ketahui bahwa pendidikan karakter
yang menjamur akhir-akhir ini bukan hal baru. Pentingnya pendidikan karakter
sudah disadari oleh tokoh bangsa sejak lama. Karakter yang kuat akan menuntun
kita pada kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment